SALAM SERIBU KATA

Praktisi, Pemikir Pendidikan, Peneliti dan Pemerhati Sosial, Mahasiswa, Siswa dan Para Orang Tua, Ini merupakan buah pikiran seorang yang dhoif ingin berbagi pendapat, oleh karena itu kreativitas, catatan berharga dan pemikiran cerdas kita akan diberi manfaat jika disebar luaskan pada khalayak... Semoga kita Sukses...

Sabtu, 28 November 2009

UN dan Keputusan MA

Mahkamah Agung (MA) telah memutuskan melarang Ujian Nasional (UN). Informasi ini diperoleh dari info perkara pada situs Mahkamah Agung (MA) bernomor register 2596 K/PDT/2008 tanggal 14 September 2009. Menanggapi putusan tersebut Mendiknas bersikeras untuk melaksanakan Ujian Nasional (UN) tahun 2010. Ujian Nasional utama akan tetap dilaksanakan sesuai rencana, bulan Maret 2010. Adapun alasannya, karena sampai saat ini masih belum menerima putusan Mahkamah Agung (MA) terkait penolakan kasasi tentang UN.
Bila benar Mendiknas tetap pada pendiriannya, siapa lagi di negeri ini yang dapat dijadikan suri tauladan bagi anak-anak bangsa untuk taat pada hukum yang berlaku. Bukankah “pembangkangan” itu sekaligus sebagai pembelajaran yang diberikan oleh petinggi lembaga dunia pendidikan kepada anak-anak bangsa yang sedang mencari jati diri untuk tidak taat pada hukum. Mau menjadi apa bangsa ini ke depan kalau anak-anak bangsa, yang nota bene calon penerus bangsa, telah “dididik” dan diberi contoh untuk tidak taat pada hukum.
Mari kita buka pikiran dengan jernih untuk memikirkan pendapat dan masukan dari masyarakat, yang menyoroti UN ini dengan berbagai sudut pandangnya, seperti dari sudut pandang ilmu psikologi, ilmu pendidikan, proses pembelajaran, ilmu evaluasi, ilmu hukum, dll. Tidak sedikit kajian yang dilakukan berbagaikalangan, baik yang bersifat teoritik maupun empirik, yang menunjukkan UN sesungguhnya telah membawa kualitas pendidikan kita terpuruk. Kualitas pendidikan yang sesungguhnya, yaitu menghasilkan manusia yang utuh sebagaimana diamanatkan oleh undang-undang.

Qurban

Qurban adalah salah satu ritual yang selalu dilaksanakan oleh umat muslim sedunia setiap tahun, tepatnya pada tanggal 10 Zulhijjah. Qurban juga salah satu ibadah yang merupakan “warisan” dari Nabiyullah Ibrahim A.S. Kita semua tahu, kesalehan dan ketaqwaan Nabi Ibrahim yang sangat besar terhadap Allah yang Mahakuasa, hingga tidak lagi “peduli” dengan apapun yang beliau miliki, kalau itu dikehendaki oleh Yang Mahakuasa, beliau akan memberikannya, sekalipun itu anak sendiri (Ismail) yang didambakan kehadirannya berpuluh tahun.
Dari sisi ini pelajaran apa yang dapat kita petik? Sekalipun jiwa, raga, dan keimanan kita tidak seperti Nabi, tetapi perilaku Nabi patut kita teladani. Kekuatan iman dan kecintaan kepada Allah SWT harus melebih kecintaan kita kepada apapun dan siapapun di dunia ini, karena kita adalah makhluk-Nya, yang segala tindak tanduk kita berada dalam “genggaman”-Nya. Kehidupan kita – rizki yang kita nikmati, hidup dan mati kita – berada pada kekuasaan-Nya. Oleh karena itu, alangkah naifnya, saat Allah SWT mewajibkan dan menganjurkan kita untuk berqurban, kita mengelaknya, padahal Allah telah memberikan banyak sekali rahmat-Nya kepada kita.
Di sisi lain, qurban dapat dimaknai sebagai simbol. Penyembelihan binatang yang dilakukan sesungguhnya merupakan simbol bahwa kita harus menyembelih sifat kebinatangan yang ada dalam diri kita. Kita harus membuang sifat-sifat hewani yang dapat merusak hakikat kemanusiaan kita. Sebab, kalau sifat-sifat hewani itu berada dalam diri manusia, maka kerusakan yang ditimbulkannya akan sangat dahsyat, bahkan dapat menghancurkan kehidupan manusia itu sendiri. Bila manusia tidak mampu menghilangkan atau minimal mengendalikan sifat-sifat hewaninya, bukan hanya makanan dan minuman yang dilarang yang akan dimakan, tetapi juga mungkin saja ia makan ATK, besi, pasir, semen, atau bahkan tanah dan bangunan. Dengan kecerdikan otak yang dikuasai oleh nafsu hewani, maka manusia tidak akan bisa membedakan mana yang hak dan mana yang batil; mana yang menjadi miliknya, dan mana milik orang lain. Sungguh, suatu bencana besar yang akan terjadi.
Bagaimana kita siap melakukan qurban? Harus…

Minggu, 01 November 2009

Keagungan Sholat Dalam Islam

Kewajiban sholat lima waktu adalah perkara yang disepakati oleh seluruh kaum Muslimin, namun sangat disayangkan realitanya masih banyak kaum Muslimin yang melalaikan kewajiban ini, bahkan meninggalkannya secara menyeluruh. Tidaklah hal ini terjadi kecuali karena semakin jauhnya ummat Islam dari ilmu al-Qur’an dan as-Sunnah serta bimbingan para Ulama. Padahal para Ulama telah sepakat akan besarnya dosa meninggalkan sholat dan bahaya yang akan menimpa pelakunya di dunia dan akhirat.

Berkata al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah: “(Ulama) kaum Muslimin tidak berbeda pendapat bahwa meninggalkan sholat wajib dengan sengaja termasuk dosa besar, dan bahkan dosanya di sisi Allah lebih besar dari dosa membunuh jiwa, dosa mengambil harta orang (tanpa alasan yang benar), dan juga lebih besar dari dosa zina, pencurian, minum khamar, dan bahwasannya perbuatan tersebut juga mengundang hukuman dan kemarahan Allah serta kehinaan di dunia dan akhirat.” (Kitabus Sholah wa Hukmu Tarikiha, hal. 29)

Sesungguhnya fenomena kaum yang melalaikan sholat ini telah diperingatkan Allah Ta’ala dalam firman-Nya:

فخلف من بعدهم خلف أضاعوا الصلاة واتبعوا الشهوات فسوف يلقون غيا

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan sholat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (Maryam: 59)

Makna menyia-nyiakan sholat dalam ayat ini bukanlah meninggalkan sholat sama sekali, sebab meninggalkan sholat lebih besar bahayanya, bahkan maknanya sebagaimana penjelasan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma, hanyalah sekedar menyia-nyiakan waktunya (lihat Syarhul Kabair lidz-Dzahabi, hal. 27)

Juga dalam firman-Nya:

فويل للمصلين ، الذين هم عن صلاتهم ساهون

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya.” (Al-Ma’un: 4-5)

Demikian pula makna melalaikan sholat dalam ayat ini mencakup orang yang meninggalkan sholat secara menyeluruh maupun melalaikan pelaksanaannya dari yang semestinya.

Berkata al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah: “(termasuk dalam kategori melalaikan sholat) apakah melalaikannya dari awal waktunya, yaitu mereka selalu mengakhirkan waktu sholat atau kebanyakan waktunya, ataukah melalaikannya dari pelaksanaannya dengan benar, yaitu dengan memenuhi rukun-rukun sholat dan syarat-syarat sholat sebagaimana yang diperintahkan (oleh Allah Ta’ala), ataukah melalaikannya dari khusyu’ dalam sholat dan mentadabburi makna-makna sholat. Sedang teks ayat ini mencakup semua bentuk pelalaian tersebut. Dan barangsiapa malakukan satu bentuk pelalaian tersebut maka dia mendapatkan bagian (ancaman) dari ayat ini, dan barangsiapa yang melakukan semua bentuknya maka sempurnalah bagian ancaman terhadapnya dan lengkaplah pula sifat munafik ‘amaly dalam dirinya, sebagaimana dalam Ash-Shahihain bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

"تلك صلاة المنافق، تلك صلاة المنافق، تلك صلاة المنافق، يجلس يَرْقُب الشمس، حتى إذا كانت بين قرني الشيطان قام فنقر أربعا لا يذكر الله فيها إلا قليلا"

'Itulah sholatnya munafik, itulah sholatnya munafik, itulah sholatnya munafik, yaitu dia (hanya) duduk memperhatikan matahari, sampai ketika matahari berada pada kedua tanduk syaithon (hampir terbenam) maka diapun bangkit lalu mematuk sebanyak empat (raka’at) dalam keadaan dia tidak mengingat Allah dalam sholatnya tersebut kecuali sedikit'.” (Tafsir Ibnu Katsir 8/493)

Oleh karenanya kita berkewajiban untuk menasehati saudara-saudara kita kaum Muslimin agar lebih memperhatikan perkara sholat lima waktu.


* Kedudukan Sholat

Asy-Syaikh Rabi’ Bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah menerangkan: “Sesungguhnya sholat merupakan perkara yang agung dalam Islam dan memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah Ta’ala, di sisi Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yaitu merupakan rukun kedua dari rukun Islam setelah dua kalimat syahadat. Dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

بُني الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمداً رسول الله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة وصوم رمضان وحج البيت لمن استطاع إليه سبيلا

'Islam dibangun di atas lima rukun: bersaksi bahwasannya tiada yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah; mendirikan sholat; menunaikan zakat; berpuasa pada bulan ramadhan; berhaji ke baitullah bagi yang mampu'.” (Makanatus Sholah fil Islam wa Atsaruhat Thoyibah, hal. 1)

Karena pentingnya sholat, sampai-sampai tidak ada alasan apapun untuk meninggalkan sholat, kecuali wanita yang haid atau nifas dan orang gila atau mati. Sholat lima waktu tetap wajib ditegakkan dalam keadaan bagaimana pun juga, baik dalam keadaan perang maupun aman, ketika safar maupun muqim, saat sibuk maupun lapang, ketika kaya maupun miskin, saat sehat maupun sakit, separah apapun sakitnya, ada air maupun tidak, apakah mampu menggunakan air atau tidak, serta tidak pula dengan alasan lupa atau tertidur.

Karena Allah yang Maha Penyayang dalam syari’at-Nya yang mulia ini telah memberikan keringanan-keringanan dalam pelaksanaan sholat, seperti bolehnya menjamak sholat (dengan sebab tertentu), bolehnya menqoshor sholat ketika safar (yaitu meringkas sholat yang tadinya empat raka'at menjadi dua raka'at), bolehnya bertayamum sebagai ganti wudhu’ dan mandi wajib ketika tidak ada air atau tidak mampu menggunakan air, bolehnya sholat sambil duduk atau berbaring bagi yang tidak mampu berdiri atau karena sakit, serta bolehnya mengqodho’ sholat yang terlewat waktunya karena tertidur atau lupa (yaitu tetap wajib melaksanakan sholat tersebut meski telah keluar dari waktunya jika karena lupa atau tertidur).

Demikianlah, betapa pentingnya sholat sehingga Allah Ta’ala menjelaskan diantara sifat orang-orang yang beriman penghuni surga adalah:

وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ

“Dan orang-orang yang menjaga sholatnya.” (Al-Mu’minun: 9)

الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ

“Yang mereka itu senantiasa mengerjakan sholatnya.” (Al-Ma’arij: 23)

Sebaliknya, diantara sebab diadzabnya penghuni neraka karena meninggalkan sholat:

ما سلككم في سقر ، قالوا لم نك من المصلين

“Apakah yang menyebabkan kalian masuk ke dalam neraka saqor, mereka menjawab, kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan sholat.” (Al-Mudatsir: 42-43)


* Keutamaan Sholat

Diantara keutamaan sholat yang akan diraih seorang hamba apabila dia menjaga sholatnya dan menjauhi dosa-dosa besar adalah terhapusnya kesalahan-kesalahan. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

أرأيتم لو أن نهراً بباب أحدكم يغتسل منه كل يوم خمس مراتٍ هل يبقى من درنه شيءٌ قالوا لا يبقى من درنه شيءٌ قال فذلك مثل الصلوات الخمس يمحو الله بهن الخطايا

“Bagaimana pendapat kalian seandainya di depan pintu seorang dari kalian ada sungai yang dia mandi darinya setiap hari lima kali, apakah masih tersisa kotorannya walau sedikit? Para Sahabat menjawab, ‘tidak tersisa kotorannya sedikitpun’. Beliau bersabda: 'Demikianlah sholat lima waktu, dengannya Allah Ta’ala menghapus kesalahan-kesalahan'.” (Muttafaqun ‘alaihi dari Abu Hurairoh radhiyallahu’anhu)

Bahkan sholat adalah amalan pertama yang akan diadili pada hari kiamat dan menjadi penentu bagi baiknya amalan-amalan yang lain. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إن أول ما يحاسب به العبد يوم القيامة من عمله الصلاة فإن صلحت فقد أفلح و أنجح و إن فسدت فقد خاب و خسر و إن انتقص من فريضة قال الرب انظروا هل لعبدي من تطوع ؟ فيكمل بها ما انتقص من الفريضة ثم يكون سائر عمله على ذلك

“Sesungguhnya amalan pertama seorang hamba yang akan diadili pada hari kiamat adalah sholat, jika baik sholatnya maka dia telah menang dan selamat, namun jika rusak sholatnya maka dia telah celaka dan merugi. Dan jika kurang (sholat) wajibnya, Allah berfirman, 'lihatlah apakah hamba-Ku memiliki (sholat) sunnah?' Maka dengan (sholat) sunnah tersebut disempurnakanlah (sholat) wajibnya, kemudian semua amalan dihisab seperti itu.” (HR. Tirmidzi no. 413, dishohihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shohihul Jami’ no. 2020)

أول ما يحاسب عليه العبد يوم القيامة الصلاة فإن صلحت صلح سائر عمله وإن فسدت فسد سائر عمله

“Amalan pertama seorang hamba yang akan dihisab pada hari kiamat adalah sholat, jika baik sholatnya maka baik pula seluruh amalannya, namun jika rusak sholatnya maka rusak pula seluruh amalannya.” (HR. Thabrani dalam al-Aushat, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shohihut Targhib, no. 376)

Mengenai Saya

Foto saya
Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
Kota Kelahiranku Bangka Island,tepatnya di Kotaberingin, pekerjaanku pengajar di IAIN Raden Fatah Palembang

Ceria Bersama

Ceria Bersama
Puncak Island

Total Tayangan Halaman

Bersama Kita Bisa

Bersama Kita Bisa
Jarlitnas NTB

Kehidupan Gembira

Kehidupan Gembira
Bersama Tetap Ada

Bagaimana pendapat anda tentang blog ini

Berapa kali anda mengunjungi Blog ini